Sunday, October 5, 2008

Cerita tentang Lukas

Lukas adalah sahabatku yang paling dalam, meski pertemanan kami tak lama, cuma dua bulan. Sayangnya, pertemanan itu aku luluhlantakkan sedemikian rupa. Aku tak ingin terlibat ke dalam hubungan yang lebih dalam. Lukas telah jatuh hati padaku luar dan dalam. Dia tak peduli siapa aku, asal aku, tampang jelekku, pokoknya dia menerimaku sepenuh hatinya, padahal kalau dia mau, dia bisa mendapatkan yang terbaik dari semua laki-laki di jagat ini.

Lukas seorang pria bersahaja, tampan, straight, macho, hairy, good attitude, has sweet smiling, punya lesung pipit yang bisa menawan hati wanita maupun pria, and he has a big dick (he-he-he). Aku bahkan melihatnya sebagai sosok malaikat, karena bisa buat aku jatuh hati, meski perasaan itu aku luluhlantakkan begitu saja. Namun ada hal yang paling aku tidak suka darinya adalah sikap emosionalnya, posesif, namun kedua sifat ini sebenarnya bisa kukendalikan dan dia mau berubah.

Saat aku menyatakan finish and go to hell dengan hubungan absurd itu, dan mau konsentrasi dengan keluargaku. Lucas hancur, patah hati, menangis, sampai merengek-rengek di depanku, aku sendiri sampai tak percaya dengan sikapnya itu yang menurutku terlalu berlebihan, tapi bagi Lukas, itulah perasaannya yang paling dalam. Dia mencintai dan menyayangiku sepenuh hati bahkan melebihi dirinya sendiri, dia rela mati demi cintanya. Ini yang membuatku tidak berdaya.

Mengakhiri hubunganku dengan Lukas sudah beberapa kali kulakukan, tapi selalu gagal, karena ia akan meninggalkan pekerjaan dan posisinya yang sudah bagus, dan mengancam akan bunuh diri. Meski akhirnya hubungan itu berakhir tapi Lukas sempat menabrakkan dirinya ke sebuah sepeda motor yang sedang melaju di jalan, hingga tempurung lututnya bergeser. Syukur nyawanya tidak apa-apa, tapi setelah itu, lewat sms-sms nya, Lukas selalu mengancamku untuk mengakhiri hidupnya jika dia tak bersamaku lagi. Dia berpendapat: untuk apa hidup tanpa cinta dan orang yang dia sayangi. Lukas seorang yang cerdas dan rasional, tapi untuk urusan cinta, dia jadi tidak logis dan bodoh.

Aku kenal lukas sebenarnya sudah cukup lama, aku sering melihat dia di beberapa tempat umum, karena aku dan dia tinggal di satu kota. Namun aku cuma bisa menatapnya tanpa ada perkataan, aku tak berani memulai perkenalan, hingga akhirnya dia yang memulai perkenalan itu.

Lukas anak bungsu dari tiga bersaudara, kakaknya semua laki-laki. Mereka tinggal bersama ibunya. Ibunya seorang single parent karena bapaknya main mata dengan perempuan lain ketika Lukas masih kecil, dan itu baru ketahuan oleh sang ibu ketika usia Lukas hampir menginjak remaja, dan sang bapak sudah mempunyai anak dari perempuan itu. Sejak kecil Lukas lebih dekat dengan sang ibu. Perhatian sang Bapak terhadap Lukas kecil semakin berkurang dengan kehadiran perempuan saingan ibunya itu. Nasib Lukas memang malang, dia berusaha mandiri untuk sekolah dan mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa harus menyusahkan ibunya. Sikap ini yang paling kusuka dari Lukas. Aku juga sudah diperkenalkan dengan ibu-bapaknya. Keluarga Lukas masih terjalin mesra meski sang bapak cukup brengsek.

Beberapa waktu lalu aku menerima kabar dari Lukas kalau ia menderita sakit Leukimia, dan akhirnya dia merelakanku dengan hati remuk dan membenciku, kata Lukas dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, dia rela mati. Meski aku tahu, semua itu bohong. Lukas cuma ingin menarik perhatianku, tapi sudahlah, semuanya sudah berakhir.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More