Gian seorang Financial Advisor di sebuah lembaga keuangan terkenal di Jakarta. Usianya sekitar 25 tahun, tubuhnya atletis, tampan, dan tinggi. Gaya berpakaiannya pun cukup metropolis. Untuk ukuran seorang pria, Gian cukup straight dan digandrungi para wanita.
Gian berasal dari keluarga Jawa yang taat, orang tuanya (ibu) berasal dari Malang. Bapaknya seorang pelaut yang sering meninggalkan keluarganya untuk melaut, termasuk Gian yang sangat membutuhkan kasih sayang seorang Bapak. Gian memiliki satu adik perempuan, mereka cuma berdua.
Pertama kali kenal Gian ketika aku sedang berada di Bekasi. Pertemuan kami berawal di salah satu ITC terkenal di sana. Gian asyik untuk diajak ngobrol, luwes, dan open minded. Ia juga ramah dan gampang tersenyum, kalau tersenyum pasti deretan giginya yang putih rapi akan terlihat jelas dan sempurna. Namun di balik itu, Gian punya kehidupan lain yang ia rahasiakan. Gian seorang pencinta sejenis meski ngakunya pernah punya pacar perempuan.
Saat berkenalan dengannya, Gian sudah memiliki seorang pacar pria, yang sebentar lagi akan menikah. Pacar Gian juga cukup tampan. Gian memperkenalkannya lewat alamat Friendster yang ia miliki. Hubungan mereka sudah cukup lama, dan sekali enam bulan mereka selalu rutin check-up ke sebuah LSM yang menangani masalah HIV-AIDS. Mereka cukup sadar dan bertanggung jawab untuk menjaga kesehatannya.
Gian mengaku saat berhubungan sex dengan pacarnya, mereka selalu memakai pengaman, kecuali kalau kepepet dan gak tahan, papar Gian sambil tersenyum simpul padaku. Dalam posisi sex, Gian selalu mengambil peran cewe atau bottom. Katanya lebih nikmat ketimbang jadi top, apalagi cowonya lebih senang jadi top, kloplah jadinya, kata Gian berbinar senang.
Saat ditanya latar belakang Gian jadi Gay, aku jadi shock dan tak percaya. Semuanya berawal dari rumah sang kakek di Malang.
Ketika usia balita, Gian dititipi di rumah sang kakek di Malang. Gian merupakan cucu kesayangan sang kakek. Kakek Gian seorang angkatan yang cukup straight dan masih kuat meski usianya sudah senja. Berbeda dengan nenek Gian yang sering sakit-sakitan, sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan sex suaminya (kakek Gian).
Setiap malam, Gian selalu ditemani tidur oleh kakeknya. Suatu kali sang kakek sangat berhasrat untuk melepas libidonya. Awalnya Gian cuma disuruh pegang-pegang alat kelamin sang kakek, namun sang kakek tak cukup puas, ia meminta Gian untuk mengulum alat kelamin sang kakek, hingga sang kakek orgasme. Demikianlah seterusnya, Gian kecil selalu menyenangkan sang kakek di kala sang kakek sedang berhasrat. Perbuatan ini terus berlangsung hingga Gian duduk di sekolah menengah pertama. Ketika ditanya apakah Gian dendam sama sang kakek, Gian cuma menggeleng kepala. Bahkan Gian sendiri, lama kelamaan turut menikmati sensasi sang kakek. Dan Gian masih tetap sayang sama sang Kakek.
0 comments:
Post a Comment