Wednesday, March 19, 2008

Kisah Wibi: Setelah Masa Pelonco Usai

Menjadi GAY bukanlah kemauan dari seorang laki-laki. Mereka juga ingin hidup normal seperti laki-laki lainnya, meski konsep normal itu sendiri masih dipertanyakan. Normal menurut siapa? Jika satu masyarakat menganggap mencintai sejenis itu dianggap menyimpang maka menjadi GAY merupakan kehidupan yang tidak normal. Sebaliknya, jika satu masyarakat menganggap GAY itu merupakan tradisi yang diturunkan turun-temurun, sudah pasti GAY itu dianggap sebagai suatu hal yang normal. Ada juga yang berpendapat bahwa menjadi GAY itu adalah suatu pilihan hidup bagi seorang laki-laki, tapi pilihan itu tentu muncul karena suatu hal yang dianggap sebagai pemicu, yang mendorong seseorang menjadi GAY. Mungkin jika faktor pemicu itu tidak ada, sudah pasti seorang laki-laki itu akan menjadi HETERO 100%, yang mendambakan wanita menjadi pendamping hidup. Ada begitu banyak teori yang menjelaskan tentang sebab-akibat seorang pria itu menjadi GAY. Semuanya dipaparkan menurut konsep ilmiah dan ranah keilmuan. Namun semua konsep ilmiah tersebut tak akan berarti apa-apa tanpa adanya fakta. Fakta tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman hidup seseorang. Pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai suatu kisah yang bercerita. Berikut ini merupakan kisah-kisah para laki-laki yang terjerumus dalam kehidupan percintaan sejenis. Kisah-kisah ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dan renungan bagi kita untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan saling pengertian.

Namanya sebut saja WIBI, lahir dan besar di kota Purwokerto, dia merupakan putra tunggal. Ketika kecil, Wibi selalu didandani seperti anak perempuan oleh ibunya. Mungkin hal ini disebabkan karena saudara-saudaranya semua perempuan, kenangnya. Menurut pengakuannya, dia berusia sekitar 32 tahun. Penampilannya dandy, simbol dari pria metroseksual. Nokia communicator selalu berada di genggamannya, dengan style pakaian yang cukup ok, sepertinya dia selalu menjaga penampilannya agar enak dilihat orang. Dari segi pendidikannya juga cukup, lulusan S1 dari sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Jakarta, sekarang dia lagi melanjutkan studi S2-nya di perguruan tinggi yang sama, dia tertarik dengan bidang psikologi.

Dalam kehidupan perkawinan juga dia sudah cukup bahagia. WIBI menikahi seorang wanita manis dan cantik, ini dibuktikan dengan foto-foto yang diperlihatkannya pada saya. Begitu pula dengan dua anaknya, laki-laki dan perempuan, sangat lucu dan sehat, putranya berusia 4 tahun dan putrinya masih sekitar setahun. Kehidupan perkawinannya sangat bahagia, baik dari segi ekonomi atau finansial maupun keharmonisan. Tapi WIBI punya satu rahasia besar yang tetap ia simpan dari istri dan keluarganya. WIBI seorang pecinta jenis kelamin yang sama dengan dirinya. Bila dilihat dari penampilan dan postur tubuhnya orang akan menganggapnya laki-laki sejati. WIBI tampan dan gagah yang bisa membuat setiap wanita akan jatuh hati padanya. Tapi siapa sangka dia juga seorang homoseksual. Mengapa WIBI bisa demikian? Kejadian yang membuat dia seperti itu terjadi sekitar 28 tahun yang silam, ketika ia masih berusia sekitar 4 tahun.

Masa kecil WIBI dihabiskan di daerah Purwokerto, tempat tinggalnya dijadikan sebagai tempat kos-kosan oleh orangtuanya. Kos-kosan itu banyak dihuni oleh para polisi muda yang belum menikah. WIBI sangat senang bemain dengan mereka. Mereka sangat baik dan sering mengajak WIBI kecil bercanda. Suatu hari salah seorang dari mereka mengajak WIBI kecil mandi, sambil bermain-main. WIBI kecil tidak menampik hal itu, dia seneng main air apalagi dengan temen dewasanya itu. Saat mandi, WIBI kecil disuruh memegang-megang penis orang itu. WIBI tak ingat kelanjutannya seperti apa, kejadian itu samar-samar dia ingat hingga dia dewasa, namun terus berbekas di ingatannya. Dalam keluarganya WIBI kecil juga kerap diperlakukan seperti perempuan, karena dalam keluarganya WIBI adalah anak laki-laki semata wayang. Terkadang ibunya memakaikan WIBI kecil baju kakak-kakaknya. Itulah pengalaman masa kecil WIBI, bagaimana dengan masa remaja dan dewasanya? Masa remaja WIBI juga dihabiskan di kota kecil itu hingga dia lulus SMA.

Kehidupan remaja WIBI dihabiskan bersama teman-temannya. WIBI tak mengenal apa itu gay atau dunia homoseksualitas. Kehidupan remajanya ia jalankan secara normal. WIBI pacaran dan sering gonta-ganti cewek. Banyak temen pria lain yang iri padanya, namun WIBI tetap bersikap baik pada mereka. Lulus SMA, WIBI diterima di perguruan tinggi negeri yang terkenal di Jakarta, bahkan di seantero Nusantara ini. Hebat memang. Saat dipelonco, ada seorang seniornya yang tertarik pada WIBI. Dia seorang cowok yang ok banget, kenang WIBI sambil tersenyum. Orangnya gagah, tampan, dan sangat maskulin, kenang WIBI lagi.

Pada masa perpeloncoan itu, WIBI melakukan kesalahan yang membuat ia harus dihukum oleh seniornya itu (kebetulan WIBI berada di bawah bimbingannya). WIBI dihukum membersihkan WC fakultas yang kotor dalam waktu seperempat jam. Agar pakaian dan celana putihnya tidak kotor dan basah, WIBI membukanya hingga tinggal celana pendek (boxer) dan singletnya. WIBI cukup keliatan sexy dengan busana tersebut. Saat asyik membersihkan WC itu, tiba-tiba WIBI didekap dari belakang, tengkuknya diciumi oleh seseorang, saat WIBI menoleh ternyata seniornya yang memberi hukuman. WIBI memberontak tapi seniornya terus mendekapnya. Untungnya ada seorang senior lain yang datang ke tempat itu. WIBI pun terselamatkan hingga masa perpeloncoan itu usai. Namun sang senior terus mendekati WIBI dengan berbagai cara, baik lewat handphone ataupun dengan cara lainnya. WIBI sebenarnya tidak keberatan dengan perlakuan seniornya itu.

Suatu hari saat ujian semester tiba, WIBI membutuhkan buku teks yang akan diujikan besoknya. Kebetulan buku itu hanya dimiliki oleh sang senior yang suka pada WIBI. Sang senior mengundang WIBI untuk mengambil buku tersebut di tempat kosnya. Sesampainya di sana, tanpa sempat berbicara, sang senior langsung mengunci pintu kamar kosnya, dan langsung mendekap dan menciumi WIBI, kali ini WIBI tidak menolak. WIBI begitu menikmatinya hingga mereka berdua mencapai kepuasan. WIBI mengenang, kejadian itu begitu ia nikmati dan terus dikenang hingga sekarang.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More