Wednesday, March 19, 2008

Kisah Arief: Gara-Gara Sang Guru

Arief merupakan nama panggilan di antara teman-teman sepermainannya, namun kalau di kantor dia dipanggil Syarief karena nama ini merupakan nama sebenarnya. Dia menetap dan kerja di kota Bogor. Arief berusia 27 tahun. Ketika ketemu dengannya, saya mengira dia itu anak ABG, karena penampilan, style, dan fisiknya masih mirip anak ABG (anak baru gede). Orangnya tampan dan kelihatan normal sebagai seorang pria. Arief anak ke-9 dari 12 bersaudara. Bapak-Ibunya haji, namun sepertinya tidak peduli jika Arief pulang larut atau tidak pulang ke rumah sama sekali. Mereka berpikir Arief mengunjungi pacarnya di Jakarta, seorang wanita manis dan taat beragama seperti yang diharapkan, atau nginap di salah satu rumah temannya. Ternyata, perkiraan Bapak-Ibunya itu tak benar, Arief tak mengunjungi pacarnya tersebut, tapi kerap mengunjungi dan nginap di tempat pacarnya yang lain, seorang cowo.

Mengapa Arief sampai terlibat hubungan sejenis? Awalnya sih ketika ia berlatih karate pada seorang guru karate, waktu itu usianya baru sekitar 10 tahun dan duduk di bangku sekolah dasar kelas 5. Suatu hari Arief dan teman-temannya diajak menginap di rumah sang guru, sekalian latihan karate di rumah tersebut dan punya banyak waktu untuk berlatih. Malam hari saat Arief dan teman-teman hendak berangkat tidur, sang guru menawarkan kebaikannya pada Arief untuk tidur bersama dia di kamar. Alasannya, biar teman-teman Arief lebih leluasa tidur rame-rame di ruang tamu. Arief pun tak menolak tawaran itu. Tapi Arief sempat bertanya-tanya dalam hati, mengapa ia yang dipilih tidur di dalam kamar sang guru, kok tidak salah seorang dari teman-temannya. Pertanyaan Arief ini tak terjawab dan ia juga tak ambil pusing. Ia anggap gurunya itu baik padanya.

Saat larut malam, Arief merasa ada yang menindih tubuhnya, perlahan ia membuka matanya sedikit demi sedikit, ternyata sang guru yang melakukannya dan tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Arief menanyakan alasan sang guru melakukan perbuatan itu. Sang guru menjawab bahwa perbuatannya tersebut sebagai bentuk pentransferan ilmu dari sang guru ke muridnya. Untuk mempercepat pentransferan tersebut, arief diminta pula untuk menanggalkan pakaiannya seperti sang guru. Tanpa rasa curiga, Arief pun menuruti perintah sang guru. Saat itu Arief diperlakukan tak senonoh seperti layaknya pasangan suami istri. Dan kejadian itu terus berlangsung beberapa kali di waktu-waktu yang berbeda, hingga Arief dinyatakan lulus ujian oleh sang guru. Perbuatan sang guru itu untuk beberapa lama hilang dalam benak Arief. Namun sensasinya baru dirasakan Arief ketika ia menginjak masa remaja dan mulai mengenal hubungan sejenis.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More